Sabtu, 04 November 2017

infonewsia.com

Diam Adalah Caraku Mengungkapkan Bahwa Aku Kecewa



Keterdiamanku Adalah Caraku Mengungkapkan Bahwa Aku Kecewa


​Aku kehilangan keceriaan dan sikap keterbukaanku begitu perasaan tidak nyaman ini kurasakan. Seperti terbungkam, bibirku tidak sanggup berbicara banyak di depanmu. 
Aku kehilangan kata-kata dan ekspresiku. Kini aku lebih suka menghindarimu. Semoga kau tahu bahwa keterdiamanku adalah caraku mengungkapkan padamu bahwa aku kecewa.

Aku adalah orang yang terbuka pada siapa saja. Apapun yang ada dalam otakku mudah aku ungkapkan pada orang-orang di sekitarku. Entah itu ketika aku sedang gembira, sedih, atau bahkan marah sekalipun. 
Orang-orang nyaman dengan seluruh keterbukaan yang kumiliki. Karena keterbukaan adalah salah satu unsur penting dari komunikasi. Ya, aku memang seperti itu. Aku menganggap bahwa hidup ini hanya satu kali, dan aku tidak ingin banyak penyesalan terjadi di hidupku hanya karena aku memendam perasaanku sendiri saja. 

Aku ingin setiap pendapatku didengar dan setiap ekspresiku dilihat. Aku ingin hatiku selalu lapang dengan selalu menyelesaikan setiap masalah dengan melakukan komunikasi dua arah pada siapa saja. Bagiku, begitulah caraku untuk menikmati hidup.

Namun, semua itu berubah ketika perasaan tidak nyaman ini hinggap di hatiku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku dadaku terasa begitu sesak. Kau yang dulu kukenal dengan sangat baik, kini berubah menjadi seseorang yang tidak lagi kupahami. 

Kau menyelipkan perasaan tidak nyaman ini padaku, tanpa sadar bahwa kau telah melakukannya. Kau membuatku sangat susah untuk mengatakan ini itu di hadapanmu. Seperti terbungkam, bibirku tidak sanggup berbicara banyak di depanmu. 

Pandanganku padamu pun menjadi tidak seleluasa biasanya. Aku kehilangan kemampuan berkomunikasiku. Kau membuatku tercekik sesak, dan entah mengapa aku merasa lebih baik ketika berhasil menghindar darimu. Aku kehilangan motivasi dan ekspresiku. Aku lebih banyak diam dan tidak banyak mengungkapkan apa yang ada di dalam otakku kepadamu.



Sebelumnya aku tidak tahu perasaan apa ini, sampai kemudian aku sadar bahwa mungkin ini lah yang dinamakan kecewa. Saat harapan terbesarku ternyata tidak pernah terjadi. Saat apa yang kupikir benar, ternyata bukanlah kenyataan. 

Saat kurasa aku telah menemukan sesuatu, namun tiba-tiba aku harus kehilangan. Mungkin kau bertanya-tanya tentang perubahan sikapku yang terjadi secara drastis dan semendadak ini. Mungkin kau mulai mencari-cari apa yang salah padaku. 

Kau mungkin juga mulai menerka-nerka kesalahan apa yang telah kau perbuat padaku sampai aku menjadi bungkam seperti ini. Sampai aku lebih suka menghindarimu dari pada menghadapimu. Memang tidak banyak orang yang memahami perubahan sikapku karena aku memang menjadi diam dan semakin diam hanya padamu saja.

Aku tidak tahu mengapa kini aku menjadi lebih banyak berpikir. Ingin rasanya aku menemuimu dan meluapkan seluruh hal yang kurasakan. Namun, bagaimana jika kau justru membenciku setelah mendengar pengakuanku? Ingin aku mempersalahkanmu atas ketidaknyamanan hati yang sedang kurasakan. Tapi aku sadar bahwa aku tidak punya hak untuk itu. 

Aku bukan siapa-siapa bagimu. Aku sekarang tidak tahu harus menyalahkan siapa karena aku tahu bahwa kau tidak sepenuhnya harus bertanggung jawab atas rasa sakit yang sedang kuderita ini. Kau hanya melakukan apa yang menurutmu benar. Itu saja. Dan aku tidak punya hak untuk mengatur hidupmu. 

Aku tidak bisa menahanmu. Tidak kuasa pula mengusirmu. Aku kehilangan jati diriku. Kehilangan caraku untuk menikmati hidup. Aku kini lebih banyak diam di depanmu. Dan keterdiamanku ini adalah caraku mengungkapkan padamu bahwa aku kecewa. Semoga kau memahaminya.
Sumber: Vebma.com
Penulis:  
Elsa F. Bena

infonewsia.com

About infonewsia.com -

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :