Situs Batu Pong dan Tentang Rengka Waek
Mulanya berlayarlah Rengka Waek dari Minangkabau hendak
mencari tempat persinggahan dan terdampar di Warloka, Labuan Bajo. Di sana dia
tinggal untuk sementara waktu sambil mengembangkan bakatnya yaitu mengukir
patung batu. Kemudian menjelajah sampai ke pedalaman welak bagian utara yaitu
Suku Rona - Kolang, Di sana dia menetap untuk sementara waktu lagi sambil
mengembangkan pola hidup beternak yaitu bertenak babi.
Suatu ketika babi peliharaan Rengka Waek hendak beranak
sehingga babi tersebut ingin mencari tempat istirahat yang tepat. Rengka Waek
pun mengikuti jejak babi peliharaannya sambil membawa pakan ternak sampai di Robo.
Dia beristirahat untuk sementara lagi di situ. Dalam perjalanan itu ternyata
babi peliharaanya memilih tempat beristirahat di lampung dekat dengan kampung
welak.
Kehadiran rengka weak pun diketahui masyarakat sekitar. Bagi
orang welak, kehadiran renka weak sebagai orang asing sangat menakutkan
sekaligus menakjubkan. Dia memiliki ilmu kesaktian yang cukup tinggi. Ketika
hendak dibunuh dengan tombak dan dibakar dengan api, semuanya tidak mempan
bahkan ketika dikejar pun dia bisa terbang dan bertengger di atas dahan kayu.
Hal yang terakhir yang menjadi cikal bakal nama yang
disandangnya. Oleh masyarakat sekitar dia dipanggil dengan nama Rengka Waek
(Rengka artinya dahan dan waek artinya pohon besar).
Atas jasanya yang telah berhasil mengatasi masalah orang
Welak, orang Welak membagi dua wilayah kampung Welak menjadi dua bagian yaitu
Welak tadu (artinya tertutup) dikuasai oleh Renka Weak dan Welak Lenga (artinya
welak terbuka). Rengka Weak pun mempersunting salah satu putri dari Welak yang
bernama Banggem Ina Bakok.
Pada akhir perjalananya, sebelum meninggal Rengka Weak
berpesan kepada anaknya supaya mengambil patung yang pernah diukirnya di
Warloko - Labuan Bajo untuk ditempatkan di atas makamnya dan istrinya.
Sumber : Selayang Padang Cagar Budaya & Situs di 21
Kabupaten/ Kota se-Nusa Tenggara Timur tahun 2012